Judul : “All About Us” (semua tentang kita)
Penulis : Novia Indah Lestari
Tokoh : - Sarah
- Yuna
- Tina
- Desi
- Chika
- Bu Rita
- Nenek Yuna
- Dinda
Pemain :
1.
Ajeng
Fajrina, sbg. Sarah
2. Devi Dariyanti, sbg. Desi
3. Novia Indah Lestari, sbg. Dinda
4. Ririn Ariyanti, sbg. Yuna
5. Sri Fatmawati, sbg. Chika
6. Sri Mira, sbg. Nenek Yuna
7. Teti Yulianti, sbg. Tina
8. Yuliana Dewi, sbg. Bu Rita
Tema : Persahabatan
Latar : Sekolah, Kelas, Taman, Rumah Yuna.
*Part 1*
Di sebuah SMA, tepatnya di kelas
XI-2, terdapat 4 sekawan yang selalu bersama-sama dan begitu dekat. Mereka
sudah menjalin persahabatan mereka sejak duduk di bangku kelas 1 SMA. Mereka
adalah Desi, Chika, Tina dan Sarah. Suatu hari ketika mereka memasuki semester
pertama di kelas XI, dikabarkan bahwa akan ada siswi baru di kelas mereka.
Kelas pun menjadi heboh membicarakan hal tersebut.
(Setelah bel berbunyi, semua
anak-anak berhamburan masuk ke dalam kelas. Saat itu adalah bel setelah
istirahat)
(Desi dan Tina duduk di bangku
mereka masing-masing)
Tina :
Des, kamu tau ga, siapa siswi baru yang bakal masuk ke kelas kita?
Desi :
Aku belum tau siapa orangnya, Tin. Tapi yang aku denger, katanya sih dia
pindahan dari luar kota.
(Tiba-tiba Chika datang ke kelas dalam
keadaan tergesa-gesa dan menghampiri Desi dan Tina)
Desi : Eh.. eh. Kamu kenapa, Chik? Kok ngos-ngosan gitu?
Tina :
Iya, emang kamu dari mana?
Chika : Hahh..hahh. Tadi aku.. ke ruang guru.. aku lihat anak baru
itu.
Desi :
Kenapa harus lari-lari sih, Chik?
Chika : Kan udah masuk, Des. Takutnya ada guru di kelas.
Tina :
Namanya siapa Chik?
Chika : Tadi.. aku liat.. namanya, Yuna…, dia pindahan dari Jakarta.
Desi :
Wah, jadi sekarang dia mau masuk kelas?
(Chika menganggukan kepalanya)
Tina :
Aku kira dia bakal masuk besok. Tapi kan ini udah masuk jam ke 3, kok baru
masuk ya? Oh iya, Sarah mana? Bukannya tadi sama kamu?
Chika : Ga tau deh. Sarah masih di ruang guru. Tadi dia sama guru-guru
lagi ngobrol sama anak baru itu.
Tiba tiba suasana kelas menjadi
hening ketika Sarah dan anak baru itu, Yuna, berdiri di depan pintu kelas.
Chika yang sedang berdiri segera duduk di bangkunya. Sarah dan Yuna pun langsung
masuk dan berdiri di depan kelas. Sarah yang kebetulan ketua kelas di XI-2 memperkenalkan
anak baru itu.
Sarah : Temen-temen, perkenalkan, ini dia siswi baru yang bakal ikut gabung
di kelas kita. Namanya Yuna Syahrina. Dia pindahan dari Jakarta. Saya minta
kalian bisa berteman baik sama dia.. (sambil menepuk bahu Yuna)
Yuna :
Senang bisa gabung sama kalian!
Sarah : Kebetulan hari ini Pak Hendri ga bisa masuk dan ngajar di kelas
karena ada kepentingan.. saya minta kalian semua ga ribut. Yuna, kamu duduk di
bangku sebelah sana (sambil menunjuk ke arah bangku kosong yang berdekatan
dengan bangku Sarah)
Yuna :
Ya, makasih.
(Yuna berjalan ke arah bangku itu
dan duduk, disusul dengan Sarah)
Desi :
Guys, sini-sini, kita ngobrol sebentar! (sambil melambai-lambaikan tangannya ke
arah 3
sahabatnya)
(Serentak Chika dan Tina menoleh ke
arah Desi dan menghampirinya, kecuali Sarah yang sedang duduk di bangkunya)
Chika : Kenapa des?
Tina :
Iya, kenapa?
(Sarah tidak menghiraukan ucapan
Desi, dia tetap duduk di bangkunya sambil mengobrol dengan Yuna)
(Chika, Desi dan Tina memandangi
Sarah)
Sarah : Oh iya, kita lanjutin pembicaraan kita yang tadi. Jadi kamu
tinggal disini sama nenek kamu?
Yuna :
Iya, Sarah. Aku cuma tinggal sama nenek
aku.
Sarah : Ohh.. Terus soal sekolah kamu, nenek kamu yang urus?
Yuna :
Ya, nenekku yang ngurus semua keperluan sekolah aku.
Sarah : Kasian ya kamu. Cuma tinggal sama nenek kamu..
Yuna :
Hmm, mau gimana lagi, ayah dan ibuku udah meninggal.
Sarah : Yang sabar ya. Kamu masih punya nenek dan temen-temen baru
disini kok, Yun.
Yuna :
Iya, Sar. Makasih banget ya, udah mau jadi temen aku.
Sarah : Nanti kamu ke…,
(Tiba-tiba Desi berteriak, menyela
pembicaraan mereka)
Desi :
Sar, kok kamu ga dengerin aku sih?
(Sarah dan Yuna menoleh ke arah
Desi)
Sarah : Eh, maaf aku ga denger. Emangnya ada apa, Des?
Desi :
Tadi aku nyuruh kamu kumpul di bangku aku, tapi kamu malah keasikan ngobrol.
Sarah : Ohh, maaf deh. Sumpah, aku ga denger kamu nyuruh gitu.
Chika : Mentang-mentang ketua kelas, jadi bisa akrab sama anak baru!
(sambil menyilangkan tangannya)
Tina :
Sssst! Jangan gitu, Chik!
Sarah : Maaf deh, kalau bikin kalian tersinggung. Aku cuma mau ajak
Yuna ngobrol, dia kan belum kenal kalian.
Tina :
Ya udah, Sar. Kamu ajak ngobrol bareng sama kita aja, biar adil.
Desi :
Iya, mendingan kayak gitu. Daripada ngobrol sendiri-sendiri.
Sarah : Ayo, Yuna. Kita gabung sama temen-temen aku.
(Sarah dan Yuna pun menghampiri
Desi, Chika dan Tina, dan duduk di bangku)
(Mereka berlima duduk dan berkumpul
bersama, tapi tak sedikitpun dari mereka yang bicara)
Sarah : Kok kalian jadi pada diem kayak gini sih?
Yuna :
Emm.. maaf deh karena aku gabung sama kalian jadi merusak suasana begini.
Mendingan aku duduk di bangku aku aja.
Sarah : Ga kok, Yun. Kamu ga salah apa-apa..
Chika : Udahlah, ga asik.
(Chika langsung berlari menuju
keluar kelas)
Desi :
Eh, kamu mau kemana, Chik?
(Desi ikut berlari, menyusul Chika.
Tina, Sarah dan Yuna menoleh ke arah mereka berdua)
(Tina hanya geleng-geleng kepala
sambil berdecak)
Tina :
Maaf ya, Yuna. Mereka berdua emang suka gitu. Jadi kamu maklum aja ya.
(Yuna tersenyum dan menganggukan
kepalanya)
Sarah : Ya udah deh, kita duduk di bangku masing-masing aja.
(Mereka bertiga pun duduk di bangku
mereka masing-masing)
Sarah : Oh iya, Yuna. Rumah kamu searah kan sama aku?
Yuna :
Iya. Kenapa Sar?
Sarah : Nanti pulang bareng ya. Aku pengen main ke rumah kamu.
Yuna :
Ohh.. ya udah.
(Setelah 1 jam berlalu, Bel pulang sekolah pun berbunyi)
Sarah : Wah, bel pulang udah bunyi. Yuk, kita pulang, Yun.
(Tina menghampiri Sarah dan Yuna)
Tina :
Loh, Sar. Kamu mau kemana? Kan hari ini kita berempat mau pergi bareng?
(Tiba-tiba Desi dan Chika masuk ke
dalam kelas)
Tina :
Nah, itu Chika sama Desi. Kalian dari mana sih?
Desi : UKS. Kalian bicarain apa?
(Tina hanya diam sambil memandang ke
arah Sarah)
Sarah : Emm.. maaf ya. Kayaknya aku ga bisa ikut kalian bertiga.
Desi :
Kenapa lagi sih, Sar?
Yuna :
Udahlah, Sarah. Kamu kan udah ada janji sama mereka. Main ke rumahku
kapan-kapan aja.
Chika : Oh, jadi karena anak baru ini? (sambil menyilangkan tangannya)
Sarah : Bukan gitu, Chik. Tapi…
Desi :
Udah udah udah! Kalau emang kamu mau main, main aja, Sar. Ga apa-apa kok! Yuk,
kita bertiga aja! (sambil berwajah jutek dan menarik tangan Chika dan Tina
untuk pergi bersama)
(Mereka bertiga pun pergi keluar
kelas, meninggalkan Sarah dan Yuna)
Sarah : Udah Yuna, kita mending pulang aja.. sekalian aku main ke rumah
kamu.
Yuna :
Kamu yakin? Kayaknya temen-temen kamu kesel..
Sarah : Ga apa-apa kok. Paling mereka cuma marah sebentar aja. Lagian
kita berempat emang udah sering jalan-jalan. Kan bosen juga..
Yuna :
Maaf ya, aku ga enak sama temen-temen kamu.
Sarah : Udahlah, yuk kita pulang.
(Sarah dan Yuna pun meninggalkan
kelas dan pulang dengan berjalan kaki)
*Part 2*
Desi,
Chika dan Tina pun sampai di taman, tempat yang sebenarnya ingin dikunjungi oleh
mereka bertiga dan Sarah. Mereka duduk di bangku yang ada di bawah pohon.
(Dengan
kesal, Desi membantingkan tubuhnya ke bangku tersebut dengan wajah juteknya)
Desi : Aku ga abis pikir soal Sarah! Kenapa
sih, dia tiba-tiba deket banget sama anak baru itu. Padahal dia kan baru masuk.
Chika : Iya, aku juga kesel sama dia. Baru juga
ngobrol-ngobrol sebentar, mereka udah kayak temenan setahun aja!
Tina : Ya… mungkin dia cuma mau nemenin Yuna
kali.
Desi : Kamu gimana sih, Tin. Masa iya cuma
karena pengen nemenin, dia sampai ngorbanin kita bertiga. Kita kan dari awal
udah janjian disini!
Chika : Eh, eh. Liat! Itu kan Sarah sama Yuna!
(sambil menunjuk ke arah seorang dua perempuan yang sedang berjalan. Ternyata
memang benar, mereka berdua adalah Sarah dan Yuna)
Desi : Loh, kok mereka kesini?
Tina : Bukannya Sarah mau main ke rumah Yuna
ya?
(Dari
kejauhan, tampak Sarah dan Yuna yang masuk ke dalam taman juga)
Sarah : Yuna, kok kamu malah ajak aku ke taman?
Bukannya kita mau ke rumah kamu ya..
Yuna : Emm.. aku.. mendingan.. uhukkk, uhukkk!
Sarah : Loh, kamu kenapa Yun?
(Yuna
batuk berdarah)
Sarah : Batuk kamu berdarah Yun!
Yuna : Aduh… (sambil mengeluarkan tisu dari tasnya
dan lalu membersihkan mulut dan tangannya)
Sarah : Kamu kenapa Yuna? Kamu sakit?
Yuna : Uhukk.. ga apa-apa kok, Sarah. Maaf ya,
tapi kayaknya kita main di lain waktu aja. Maaf banget.. kayaknya aku butuh
istirahat hari ini.
Sarah : Kamu sakit apa sih, Yun? Kok sampai
berdarah kayak gitu?
Yuna : Udah, ga apa-apa. Kamu mending pulang ke
rumah kamu aja, atau kalau ngga kamu susul temen-temen kamu..
Sarah : Mereka sekarang ada di taman ini , Yun.
Soalnya kita janjian disini.
Yuna : Oh ya? Bagus deh kalau gitu. Kamu cari
temen-temen kamu aja gih, aku mau pulang dulu.
Sarah : Hmm.. ya udah deh. Kamu mau aku anter?
Yuna : Ngga ngga.. aku bisa pulang sendiri.
Makasih ya..
(Yuna
keluar dari taman itu dan pergi meninggalkan Sarah dengan cukup tergesa-gesa)
Tina : Saaaaraaah! (berteriak sambil
melambai-lambaikan tangannya)
(Sarah
menoleh ke arah mereka bertiga dan menghampirinya)
Sarah : Maaf ya guys, gara-gara aku rencana kita
main ke taman jadi kacau.
Tina : Kok kamu ga jadi ke rumah Yuna, Sar?
Sarah : Yuna yang minta aku buat pulang, kayaknya
dia lagi sakit.
Chika : Ah, bego sih kamu. Itu mah namanya nipu.
Bikin orang cape aja!
Sarah : Chik! Dia tuh anak baik-baik, ga mungkin
dia kayak gitu.
Desi : Tau dari mana kamu dia anak baik-baik?
Kamu tuh baru kenal dia beberapa jam yang lalu, jadi jangan sok tau, Sar!
Tina : Sssssst, kalian ini kenapa jadi ribut
sih.
Sarah : Aku yakin kalau Yuna itu sakit! Dia tadi
batuk-batuk sampai berdarah!
Chika : Paling cuma akting! Buktinya dia ga
nunjukkin rumah dia ke kamu kan? Kok malah diajak ke taman. Ga aneh apa?
Sarah : Jaga omongan kamu, Chik.
Desi : Udahlah! Mending pulang aja! Aku udah
ga mood main ke taman sama kalian..
(Dengan
rasa kesal, Desi dan Chika pulang dan meninggalkan taman. Tapi Tina dan Sarah
tidak)
Tina : Emang Yuna kenapa sih, Sar?
Sarah : Beneran, Tin. Yuna tadi batuk sampai
berdarah.. kayaknya dia lagi sakit parah.
Tina : Hus, jangan ngomong kayak gitu, Sar. Ya
udahlah, kita pulang aja.
Sarah : Ya..
*Part
3*
Keesokan
harinya, sekolah tampak seperti biasanya. Tapi ada yang berbeda dari 4 sekawan
ini. Saat Sarah masuk ke dalam kelas, seketika Chika dan Desi yang sudah berada
di dalam kelas lebih awal langsung berjalan keluar kelas tanpa bertanya sedikit
pun.
(Sarah
menoleh ke arah mereka berdua)
Sarah : Hei, kalian mau ke…
(Desi
dan Chika tidak menghiraukan pertanyaan Sarah dan langsung pergi keluar)
(Tina
yang saat itu sedang duduk hanya menggeleng-gelengkan kepalanya)
Tina : Biasalah, Sar. Kamu tau kan adat mereka
kayak gimana.
(Sarah
tampak murung dan meletakkan tasnya ke bangkunya)
Sarah : Semua karena salah aku..
Tina : Udah.. udah, jangan nyalahin diri
sendiri kayak gitu. Mungkin mereka berdua yang belum bisa ngertiin kamu. Oh iya, kamu tau ga, tadi aku
liat ada nenek Yuna dateng ke sekolah.
Sarah : Kapan?
Tina : Belum lama. Kayaknya udah pulang tuh.
Kasian banget ya, keliatannya nenek Yuna udah tua banget. Tapi masih kuat buat
ke sekolah.
Sarah : Emangnya kenapa dia ke sekolah?
Tina : Kayaknya sih nganterin surat sakit.
Yuna mungkin ga bakal masuk..
Sarah : Apa ada hubungannya sama batuk berdarah
kemarin ya?
Tina : Bisa jadi.
Sarah : Guru piket hari ini siapa?
Tina : Bu Rita.
(Sarah
termenung sejenak, tapi tiba-tiba bel masuk berbunyi)
(Desi
dan Chika kembali ke kelas dan duduk di bangku mereka masing-masing)
(Desi
melihat ke arah Sarah tapi langsung memalingkan wajahnya)
Sarah : Kok kamu kayak gitu sih, Des?
Desi : Mau tau aja, atau mau tau banget? Kalau
mau tau aja, tanya aja sama anak baru itu!
Chika : Hahaha…
Tina : Hei, hei. Kalian jangan gitu dong.
Chika : Kamu ini, Tin. Kenapa sih selalu
ngebelain dia? Atau jangan-jangan kalian berdua sekongkol ya?
(Tina
kembali geleng-geleng kepala)
Sarah : Plis, Chik. Kamu jangan nambah masalah
lagi! (sambil beranjak dari kursinya)
Desi : Ga ngaca ya? Yang bisanya cuma nambah
masalah itu justru kamu sendiri!
Tina : Udaaaah, stoooop! Kalian berantem kayak
begini tuh ga bakal nyelesein masalah (ikut beranjak dari kursinya juga)
(Tiba-tiba
Bu Rita masuk ke dalam kelas)
Bu
Rita : Hei, jangan ribut!
(Seketika
suasana kelas menjadi hening)
Bu
Rita : Ibu mau menyampaikan kalau Yuna Syahrina,
hari ini tidak bisa masuk karena sakit.
Sarah : Bu! Saya boleh tau rumah Yuna dimana?
Bu
Rita : Untuk apa Sarah?
Sarah : Saya.. mau menjenguk dia, Bu.
(Desi
dan Chika terlihat geram ketika Sarah berbicara seperti itu)
Bu
Rita : Hmm.. boleh saja. Nanti pulang
sekolah, kamu ke ruang piket. Nanti Ibu kasih alamatnya.
Sarah : Ya, Bu. Makasih banyak.
*Part 4*
Saat
bel pulang berbunyi, Sarah terlihat tergesa-gesa menuju ke ruang piket untuk
bertemu dengan Bu Rita.
(Tiba-tiba
Desi menahan tangan Sarah, Sarah menoleh ke arahnya)
Desi : Kamu kenapa sih pake mau jenguk dia
segala? Kenapa sih kamu baik banget sama dia?
(Sarah
hanya diam sambil berusaha melepaskan genggaman Desi)
Desi : Jawab Sarah!
Sarah : Kamu mau tau kenapa?
Desi : Kenapa emangnya?
Sarah : Karena aku dan dia sama-sama yatim piatu!
Dari awal aku udah simpati sama dia! Dia beda sama kalian, kalian punya orang
tua lengkap dan kadang kalian sombong dengan hal itu! Tapi kalian ga bisa
ngerasain gimana rasanya kehilangan ayah dan ibu! Itu yang aku ga suka dari
kalian!
(Desi
terdiam, genggamannya melemas. Sarah pun melepaskannya dan langsung pergi ke
ruang piket)
Desi : Tapi kenapa kamu harus jadi kayak gini
sih, Sar!!!
(Sarah
tidak menghiraukan teriakan Desi)
*Part
5*
Setelah
Sarah menemui Bu Rita di ruang piket, Sarah pun diberitahu alamat rumah Yuna dan
kebetulan, Bu Rita ikut bersama Sarah untuk menjenguk Yuna dikarenakan ada
suatu keperluan. Mereka berdua berjalan menuju ke rumah Yuna.
Sarah : Bu, kalau boleh saya tau, emangnya Ibu ada
kepentingan apa sama Yuna?
Bu
Rita : Kamu udah tau kan, keadaan keluarga
Yuna?
Sarah : Iya, Yuna pernah cerita sama saya.
Bu
Rita : Sebenarnya Yuna belum melunasi
biaya administrasi pas masuk ke sekolah kita. Dia masih menunggak karena ga
punya cukup uang. Dan dia pun juga sangat bergantung sama neneknya. Neneknya
cuma bekerja jadi seorang petani dan hasilnya pun ga seberapa. Ibu juga
mendengar, katanya uang hasil dari kerja neneknya selalu dibelikan buat obat…
Sarah : Obat?
Bu
Rita : Loh, emangnya kamu belum tau?
(Sarah
menggelengkan kepelanya)
Bu
Rita : Yuna kan menderita penyakit…
Sarah : Penyakit apa, bu?
Bu
Rita : Tuberkulosis pada paru-paru.
Sarah : Apa? Tuberkulosis?
Bu
Rita : Ya. Harusnya Yuna dirawat di rumah
sakit, tapi mereka ga punya uang yang cukup buat itu. Dan neneknya tetap memaksa membeli obat-obatan
tradisional buat penyakit Yuna. Meskipun tradisional, tapi tetap mahal
harganya.
Sarah : Saya baru tau, Bu. Kasian banget Yuna.
Bu
Rita : Nah, itu dia rumah Yuna (sambil
menunjuk ke arah sebuah rumah)
Rumah
itu terlihat kecil dan sangat sederhana. Dan itulah rumah Yuna yang sebenarnya.
(Terlihat
Nenek Yuna sedang menyapu halaman depan rumah)
Bu
Rita : Permisi, nek..
Nenek
Yuna : Ahh.. Bu Rita. Ayo ayo, silahkan masuk.
Bu
Rita : Makasih, bu. Ini saya bawa murid
saya, namanya Sarah. Dia juga teman sekelas Yuna.
Nenek
Yuna : Oh, gitu. Ayo masuk aja dek.
(Mereka
bertiga masuk ke dalam rumah dan duduk)
(Sarah
memperhatikan isi dari rumah Yuna)
Nenek
Yuna : Nenek ambilkan minum dulu ya..
Bu
Rita : Aduh, ga usah repot-repot, Nek.
Kita cuma mau menjenguk Yuna.
Nenek : Ga apa-apa, Bu. Tunggu sebentar ya..
(Nenek
pergi ke dapur)
(Tiba-tiba
Yuna berteriak dari kamar yang dekat dengan ruang tamu)
Yuna : Neeek! Ada siapa?
(Sarah
yang mendengarnya langsung mencari sumber suara itu. Dia membuka sebuh pintu
kamar yang berada dekat dengan ruang tamu, dan ternyata Yuna sedang terbaring
lemah dengan wajah yang pucat)
Yuna : Loh, Sarah?
Sarah : Yuna… kamu beneran sakit?
Yuna : Kamu tau dari mana?
Sarah : Bu Rita cerita semuanya tentang kamu..
Maaf ya.
(Yuna
hanya terdiam, sambil berusaha beranjak dari tempat tidurnya)
Yuna : Maaf aku ga ceritain soal ini… kamu kan
baru kenal sama aku. Takutnya kamu jadi ga suka sama aku karena aku kayak
gini..
Sarah : Kamu ga boleh mikir kayak gitu. Kita kan
temen.
(Yuna
tersenyum)
Yuna : Uhukk.. uhukkk..
Sarah : Yuna kayaknya kamu udah sakit parah..
Yuna : Ah, ngga apa-apa kok. Aku udah minum
obat… besok aku bakal masuk kok, Sar.
Sarah : Kamu harusnya dirawat di…
Yuna : Sssst, jangan bahas penyakit aku lagi
ya. Yuk, kita ke ruang tengah.
(Sarah
hanya terdiam. Mereka berdua pun pergi ke ruang tengah dan duduk bersama Bu
Rita)
Bu
Rita : Yuna… gimana keadaan kamu? Udah
enakan?
Yuna : Iya bu. Besok saya masuk sekolah kok,
bu.
Bu
Rita : Jangan maksain diri ya, Yuna.
Yuna : Ga kok, bu. Saya kan baru masuk
sekolah.. masa mau absen terus.
Nenek
Yuna : Ayo bu, dek. Diminum airnya (sambil meletakkan gelas berisi air putih ke
atas meja)
Bu
Rita : Makasih nek. Maaf jadi ngerepotin.
Nenek
Yuna : Ga kok, bu. Maaf ya, cuma ada air putih aja..
(Sarah
terlihat murung)
Sarah : Bu… kayaknya saya mau pulang duluan.
Tiba-tiba saya jadi ga enak badan..
Bu
Rita : Loh, kenapa Sar?
Sarah : Ga tau, bu. Mungkin penyakit saya kambuh
lagi.. saya emang paling gampang sakit, bu. Maaf banget ya..
Bu
Rita : Hmm, gimana ya. Tapi kamu beneran
ga apa-apa kan? Mau dianter?
Sarah : Ga, bu. Saya bisa pulang sendiri. Maaf
banget ya bu, Yuna dan Nenek.
Yuna : Kamu ga apa-apa kan, Sar?
Sarah : Ga apa-apa kok. Makasih banyak ya..
(Sarah
pun meninggalkan rumah Yuna dan pulang menuju rumahnya)
*Part
6*
Keesokan
harinya, seperti yang dikatakan Yuna, Yuna pun masuk ke sekolah. Dia
menggunakan masker hari ini. Tapi tiba-tiba ada sesuatu yang terjadi…
(Ketika
Yuna masuk ke dalam kelas, tiba-tiba Desi, Chika dan Tina menghampirinya)
Desi : Kamu mau bikin sahabat kami ikut-ikutan
sakit ya? (sambil mendorong Yuna hingga ia terjatuh)
Yuna : A…apa maksud kamu?
Desi : Gara-gara kamu sekarang Sarah jadi
ikut-ikutan sakit, tau ga?
Yuna : Apa? Sarah sakit?
(Desi
mengangkat Yuna)
Desi : Jangan pura-pura bego ya! Kamu mau bikin
dia sengsara kayak kamu kan? Tadi bibinya nelpon aku, dia bilang Sarah lagi
demam tinggi sekarang!
Yuna : Desi… tolong jangan kayak gini. Kamu
salah pa…
(Plakk…
Desi menampar Yuna yang sedang berdiri, hingga dia terjatuh lagi)
Tina : Desi???!!! (berusaha menahan Desi yang
terlihat sangat emosi)
Chika : Kamu tau, Yuna? Gara-gara kehadiran kamu
kita semua jadi kayak gini! 4 sekawan kita jadi hancur gara-gara kamu! Dasar
pembawa sial!
Yuna : Tapi… aku…. (sambil memegang pipinya yang
kemerahan)
Desi : Tapi apa hah?
Yuna : Tapi aku… cuma pengen bergabung sama
kalian.. aku ga pernah berniat buruk seperti apa yang kalian bilang. Dan aku ga
pernah berharap kalau Sarah ikut-ikutan sakit kayak aku.. dia terlalu baik sama
aku.
Desi : Kalau tau penyakit kamu itu bisa nular,
kenapa kamu biarin Sarah deket sama kamu hah? Kamu ga tau apa, kalau Sarah itu
gampang banget sakit!
Yuna : Aku ga pernah tau soal itu. Aku dari
awal udah berusaha biar dia ga deket sama aku.. tapi di sisi lain aku butuh
seorang teman kayak dia! Aku cuma orang kesepian yang butuh teman karena aku
cuma punya nenek aku seorang!
Chika : Terus apa maksud kamu pas kemarin? Nyuruh
dia berhenti di tengah jalan dan pulang gitu aja? Padahal dia udah jalan jauh
dan pengen ke rumah kamu!
Yuna : Jujur, aku nyesel soal itu. Tapi aku
terpaksa ngelakuinnya. Aku ga mau dia tau rumah aku.. aku ga mau dia masuk ke
lingkungan aku yang penuh sama virus.. aku ga mau dia benci sama aku karena hal
itu.. dan aku juga ga mau dia tau kalau aku sakit…
Chika : Kamu sebenernya sakit apa sih?
(Tiba-tiba
Sarah muncul dari pintu kelas mereka)
Sarah : Tuberkulosis Paru.
(Serentak
Chika, Desi, Tina dan Yuna menoleh ke arah Sarah dan terkejut)
Desi,
Chika, Tina : Sarah!!!
Desi : Kamu kan lagi sakit Sarah, kenapa masuk
sih?
Chika : Iya, kenapa nekat?
(Sarah
tersenyum)
Sarah : Aku ga mau kita terus-terusan kayak gini.
Aku ga mau kalian jadi salah paham soal Yuna.
Tina : Sarah…
(Sarah
membantu Yuna yang masih dalam keadaan terjatuh untuk berdiri)
Sarah : Yuna ga seburuk yang kalian bilang..
(Semua
terdiam)
Sarah : Dari awal, pas dia baru pertama kali
masuk, dia udah banyak cerita soal dirinya. Yuna cuma seorang gadis pengidap
Tuberkulosis Paru yang ga pernah punya teman karena penyakitnya itu. Semua
orang takut ketularan sama dia. Dia anak kedua dari 2 bersaudara. Tapi sekarang
kakak perempuannya pergi ga tau kemana.. Kedua orang tuanya udah meninggal dan
sekarang dia pindah kesini dan tinggal sama neneknya. Neneknya cuma seorang
petani yang selalu bekerja keras buat beli obat-obatan Yuna. Sampai
administrasi sekolah pun dia belum lunasi walaupun udah bisa masuk ke kelas..
Yuna : A…aku.. sekarang ini.. cuma pengen punya
teman seperti kalian.. cuma itu… ga lebih.. Aku mungkin.. terlalu kesepian.
Tapi kalau emang.. aku cuma membawa sial, aku minta maaf.
Sarah : Kamu masih punya kita, Yuna, dan masih ada
satu orang lagi yang nungguin kamu..
Yuna : Maksud kamu, Sar?
(Tiba-tiba
seseorang datang dari luar dan masuk ke dalam kelas)
Yuna : Ka….
Dinda : Ya sayang, ini aku, kakak kamu.
Yuna : Kakak! (lari dan memeluk Dinda)
Dinda : Maafin kakak, Yuna. Selama ini kakak udah
ninggalin kamu. Sebenarnya kakak pergi ke luar negeri untuk melanjutkan
pendidikan designer kakak… dan itu semua pake tabungan kakak. Sekarang kakak
udah punya butik sendiri lho.
Yuna : Terus… gimana caranya kakak bisa tau
Yuna ada disini?
Dinda : Awalnya kakak dikasih tau sama paman kamu
kalau kamu tinggal di kota ini sama nenek.. tapi paman kamu ga tau alamat rumah
kamu. Sampai akhirnya kakak ketemu sama Sarah.. dan dia yang ngasih tau kakak
kalau kamu sekolah disini.
Sarah : Kita ketemu pas aku pulang dari rumah
kamu, Yun.
Dinda : Kakak udah denger semuanya dari Sarah..
soal penyakit kamu.. sekolah dan nenek kamu. Soal penyakit, kakak akan segera
bawa kamu ke rumah sakit. Jadi kamu ga perlu khawatir lagi..
Yuna : Makasih banyak kak.. makasih juga buat
Sarah. Aku pikir.. waktu kemarin kamu pulang, itu karena kamu jadi ga suka sama
aku. Tapi ternyata aku salah… Maaf ya.
(Sarah
tersenyum dan mengangguk)
Dinda : Kakak juga mendengar pertengkaran yang ada
di kelas ini. Untuk semuanya, saya minta maaf kalau emang kehadiran adik saya
disini mengganggu persahabatan kalian berempat. Tapi kalau boleh saya membela,
saya mau bilang bahwa, setiap orang itu punya hak untuk berteman dengan siapa
aja. Meski dengan penyakit seburuk apapun itu, mereka pasti ingin sekali
memiliki seorang teman. Jadi jangan kalian pikir bahwa meski kalian berempat
memang sudah menjadi satu kesatuan, itu bukan berarti kalian harus menutup
rapat-rapat kesempatan orang lain untuk bergabung bersama kalian kan? Karena
teman itu ga harus membeda-bedakan, tapi justru mempersatukan ikatan dalam
setiap perbedaan. Itu yang mesti kalian pahami, mulai dari sekarang…
Tina : Dan kita juga ga mesti terpaut pada
teman yang sudah dalam satu kesatuan, justru kita harus memberikan kesempatan
sama orang lain agar dia dapat menjadi salah satu dari bagian kita. Mungkin
berlima itu lebih baik!
(Sarah,
Chika dan Desi tersenyum)
Desi : Maafin aku ya, aku tadi udah bertindak
kasar sama Yuna. Aku cuma lagi emosi aja kok.
Yuna : Ga apa-apa, Des. Aku ngerti perasaan
kamu sebagai sahabatnya Sarah.
Chika : Aku juga minta maaf, kalau selama ini
omonganku ga ngenakin kamu.
(Yuna
ikut tersenyum)
Tina : Yuna, mulai sekarang kamu bisa jadi
bagian dari kita. Walaupun kita baru kenal beberapa hari, tapi aku yakin kamu
pasti bisa jadi temen yang baik buat kita semua!
Sarah : Mulai sekarang, jangan anggap kamu cuma
sendiri lagi ya, Yun. Kamu punya kita!
Desi : Ya, kamu punya kita!
(Mereka
berlima berpelukan)
Akhirnya
Yuna pun dapat bergabung dalam ikatan 4 sekawan itu. Karena kehadiran kakaknya,
Yuna dapat dirawat di rumah sakit dan menjalani pengobatan yang seharusnya.
Perjalanan 5 sekawan ini pun, berawal dari sekarang… Yeah, that’s “All About Us”
*THE END*
MasyaAllah bagus dan kreatif sekali...
BalasHapussaya mohon izinnya ya menggunakan teks drama ini untuk ujian praktek seni budaya
jazakallahu khoiron katsiron(semoga Allah membalasmu dengan kebaikan yang lebih banyak) AMIN
~ Sarah, Siswi kelas 12 MA
Ya Allah, semoga Kakak sukses jadi penulis tingkatan internasional Amin ya Aroballalmin.
BalasHapusIzin dipake buat teater sbk ya ka.
BalasHapusIzin dipake buat drama di kemah yaaa
BalasHapusIzin dipake ya kak, buat dikumpulkan di pljaran sbk
BalasHapusIzin pakai untuk tugas drama b.indo yahh kak terimakasih kak🙏🏾
BalasHapus