Wikipedia Online

Hasil penelusuran

Rabu, 15 Mei 2013

Contoh Naskah Drama 8 orang : "All About Us"

Kali ini saya memposting contoh naskah drama 8 orang bertema persahabatan dan naskah ini asli buatan tangan saya sendiri pada saat saya duduk di bangku kelas 2 SMA. Mungkin ceritanya sedikit berantakan, tapi dikarenakan (saat itu) benar-benar terburu-buru, jadi hanya segitu saja daya khayal saya untuk membuat naskah drama ini. Tapi semoga bermanfaat buat kalian, terutama buat adek-adek yang sedang mencari naskah drama 8 orang untuk Tugas Bahasa Indonesia. Thanks ^^



Judul     : “All About Us” (semua tentang kita)
Penulis : Novia Indah Lestari
Tokoh   : - Sarah
     -  Yuna
     - Tina
     - Desi
     - Chika
     - Bu Rita
     - Nenek Yuna
     - Dinda
Pemain :
1.        Ajeng Fajrina, sbg. Sarah
2.       Devi Dariyanti, sbg. Desi
3.       Novia Indah Lestari, sbg. Dinda
4.      Ririn Ariyanti, sbg. Yuna
5.       Sri Fatmawati, sbg. Chika
6.      Sri Mira, sbg. Nenek Yuna
7.       Teti Yulianti, sbg. Tina
8.      Yuliana Dewi, sbg. Bu Rita

Tema    : Persahabatan
Latar   : Sekolah, Kelas, Taman, Rumah Yuna.


*Part 1*

Di sebuah SMA, tepatnya di kelas XI-2, terdapat 4 sekawan yang selalu bersama-sama dan begitu dekat. Mereka sudah menjalin persahabatan mereka sejak duduk di bangku kelas 1 SMA. Mereka adalah Desi, Chika, Tina dan Sarah. Suatu hari ketika mereka memasuki semester pertama di kelas XI, dikabarkan bahwa akan ada siswi baru di kelas mereka. Kelas pun menjadi heboh membicarakan hal tersebut.

(Setelah bel berbunyi, semua anak-anak berhamburan masuk ke dalam kelas. Saat itu adalah bel setelah istirahat)

(Desi dan Tina duduk di bangku mereka masing-masing)

Tina       : Des, kamu tau ga, siapa siswi baru yang bakal masuk ke kelas kita?

Desi       : Aku belum tau siapa orangnya, Tin. Tapi yang aku denger, katanya sih dia pindahan dari luar kota.

(Tiba-tiba Chika datang ke kelas dalam keadaan tergesa-gesa dan menghampiri Desi dan Tina)

Desi       : Eh.. eh. Kamu kenapa, Chik? Kok ngos-ngosan gitu?

Tina       : Iya, emang kamu dari mana?

Chika      : Hahh..hahh. Tadi aku.. ke ruang guru.. aku lihat anak baru itu.

Desi       : Kenapa harus lari-lari sih, Chik?

Chika      : Kan udah masuk, Des. Takutnya ada guru di kelas.

Tina       : Namanya siapa Chik?

Chika      : Tadi.. aku liat.. namanya, Yuna…, dia pindahan dari Jakarta.

Desi       : Wah, jadi sekarang dia mau masuk kelas?

(Chika menganggukan kepalanya)

Tina       : Aku kira dia bakal masuk besok. Tapi kan ini udah masuk jam ke 3, kok baru masuk ya? Oh iya, Sarah mana? Bukannya tadi sama kamu?

Chika      : Ga tau deh. Sarah masih di ruang guru. Tadi dia sama guru-guru lagi ngobrol sama anak baru itu.

Tiba tiba suasana kelas menjadi hening ketika Sarah dan anak baru itu, Yuna, berdiri di depan pintu kelas. Chika yang sedang berdiri segera duduk di bangkunya. Sarah dan Yuna pun langsung masuk dan berdiri di depan kelas. Sarah yang kebetulan ketua kelas di XI-2 memperkenalkan anak baru itu.

Sarah    : Temen-temen, perkenalkan, ini dia siswi baru yang bakal ikut gabung di kelas kita. Namanya Yuna Syahrina. Dia pindahan dari Jakarta. Saya minta kalian bisa berteman baik sama dia.. (sambil menepuk bahu Yuna)

Yuna      : Senang bisa gabung sama kalian!

Sarah     : Kebetulan hari ini Pak Hendri ga bisa masuk dan ngajar di kelas karena ada kepentingan.. saya minta kalian semua ga ribut. Yuna, kamu duduk di bangku sebelah sana (sambil menunjuk ke arah bangku kosong yang berdekatan dengan bangku Sarah)

Yuna      : Ya, makasih.

(Yuna berjalan ke arah bangku itu dan duduk, disusul dengan Sarah)

Desi       : Guys, sini-sini, kita ngobrol sebentar! (sambil melambai-lambaikan tangannya ke arah 3
sahabatnya)

(Serentak Chika dan Tina menoleh ke arah Desi dan menghampirinya, kecuali Sarah yang sedang duduk di bangkunya)

Chika     : Kenapa des?

Tina      : Iya, kenapa?

(Sarah tidak menghiraukan ucapan Desi, dia tetap duduk di bangkunya sambil mengobrol dengan Yuna)

(Chika, Desi dan Tina memandangi Sarah)

Sarah     : Oh iya, kita lanjutin pembicaraan kita yang tadi. Jadi kamu tinggal disini sama nenek kamu?

Yuna      : Iya, Sarah.  Aku cuma tinggal sama nenek aku.

Sarah     : Ohh.. Terus soal sekolah kamu, nenek kamu yang urus?

Yuna      : Ya, nenekku yang ngurus semua keperluan sekolah aku.

Sarah     : Kasian ya kamu. Cuma tinggal sama nenek kamu..

Yuna      : Hmm, mau gimana lagi, ayah dan ibuku udah meninggal.

Sarah     : Yang sabar ya. Kamu masih punya nenek dan temen-temen baru disini kok, Yun.

Yuna      : Iya, Sar. Makasih banget ya, udah mau jadi temen aku.

Sarah     : Nanti kamu ke…,

(Tiba-tiba Desi berteriak, menyela pembicaraan mereka)

Desi      : Sar, kok kamu ga dengerin aku sih?

(Sarah dan Yuna menoleh ke arah Desi)

Sarah     : Eh, maaf aku ga denger. Emangnya ada apa, Des?

Desi      : Tadi aku nyuruh kamu kumpul di bangku aku, tapi kamu malah keasikan ngobrol.

Sarah     : Ohh, maaf deh. Sumpah, aku ga denger kamu nyuruh gitu.

Chika     : Mentang-mentang ketua kelas, jadi bisa akrab sama anak baru! (sambil menyilangkan tangannya)

Tina      : Sssst! Jangan gitu, Chik!

Sarah     : Maaf deh, kalau bikin kalian tersinggung. Aku cuma mau ajak Yuna ngobrol, dia kan belum kenal kalian.

Tina      : Ya udah, Sar. Kamu ajak ngobrol bareng sama kita aja, biar adil.

Desi      : Iya, mendingan kayak gitu. Daripada ngobrol sendiri-sendiri.
Sarah     : Ayo, Yuna. Kita gabung sama temen-temen aku.

(Sarah dan Yuna pun menghampiri Desi, Chika dan Tina, dan duduk di bangku)

(Mereka berlima duduk dan berkumpul bersama, tapi tak sedikitpun dari mereka yang bicara)

Sarah     : Kok kalian jadi pada diem kayak gini sih?

Yuna      : Emm.. maaf deh karena aku gabung sama kalian jadi merusak suasana begini. Mendingan aku duduk di bangku aku aja.

Sarah     : Ga kok, Yun. Kamu ga salah apa-apa..

Chika     : Udahlah, ga asik.

(Chika langsung berlari menuju keluar kelas)

Desi       : Eh, kamu mau kemana, Chik?

(Desi ikut berlari, menyusul Chika. Tina, Sarah dan Yuna menoleh ke arah mereka berdua)

(Tina hanya geleng-geleng kepala sambil berdecak)

Tina       : Maaf ya, Yuna. Mereka berdua emang suka gitu. Jadi kamu maklum aja ya.

(Yuna tersenyum dan menganggukan kepalanya)

Sarah    : Ya udah deh, kita duduk di bangku masing-masing aja.

(Mereka bertiga pun duduk di bangku mereka masing-masing)

Sarah    : Oh iya, Yuna. Rumah kamu searah kan sama aku?

Yuna      : Iya. Kenapa Sar?

Sarah    : Nanti pulang bareng ya. Aku pengen main ke rumah kamu.

Yuna      : Ohh.. ya udah.

(Setelah 1 jam berlalu, Bel pulang sekolah pun berbunyi)

Sarah     : Wah, bel pulang udah bunyi. Yuk, kita pulang, Yun.

(Tina menghampiri Sarah dan Yuna)

Tina      : Loh, Sar. Kamu mau kemana? Kan hari ini kita berempat mau pergi bareng?

(Tiba-tiba Desi dan Chika masuk ke dalam kelas)

Tina      : Nah, itu Chika sama Desi. Kalian dari mana sih?

Desi      : UKS. Kalian bicarain apa?

(Tina hanya diam sambil memandang ke arah Sarah)

Sarah     : Emm.. maaf ya. Kayaknya aku ga bisa ikut kalian bertiga.

Desi      : Kenapa lagi sih, Sar?

Yuna      : Udahlah, Sarah. Kamu kan udah ada janji sama mereka. Main ke rumahku kapan-kapan aja.

Chika     : Oh, jadi karena anak baru ini? (sambil menyilangkan tangannya)

Sarah     : Bukan gitu, Chik. Tapi…

Desi      : Udah udah udah! Kalau emang kamu mau main, main aja, Sar. Ga apa-apa kok! Yuk, kita bertiga aja! (sambil berwajah jutek dan menarik tangan Chika dan Tina untuk pergi bersama)

(Mereka bertiga pun pergi keluar kelas, meninggalkan Sarah dan Yuna)

Sarah    : Udah Yuna, kita mending pulang aja.. sekalian aku main ke rumah kamu.

Yuna     : Kamu yakin? Kayaknya temen-temen kamu kesel..

Sarah    : Ga apa-apa kok. Paling mereka cuma marah sebentar aja. Lagian kita berempat emang udah sering jalan-jalan. Kan bosen juga..

Yuna     : Maaf ya, aku ga enak sama temen-temen kamu.

Sarah    : Udahlah, yuk kita pulang.

(Sarah dan Yuna pun meninggalkan kelas dan pulang dengan berjalan kaki)

*Part 2*

Desi, Chika dan Tina pun sampai di taman, tempat yang sebenarnya ingin dikunjungi oleh mereka bertiga dan Sarah. Mereka duduk di bangku yang ada di bawah pohon.

(Dengan kesal, Desi membantingkan tubuhnya ke bangku tersebut dengan wajah juteknya)

Desi      : Aku ga abis pikir soal Sarah! Kenapa sih, dia tiba-tiba deket banget sama anak baru itu. Padahal dia kan baru masuk.

Chika     : Iya, aku juga kesel sama dia. Baru juga ngobrol-ngobrol sebentar, mereka udah kayak temenan setahun aja!

Tina      : Ya… mungkin dia cuma mau nemenin Yuna kali.

Desi      : Kamu gimana sih, Tin. Masa iya cuma karena pengen nemenin, dia sampai ngorbanin kita bertiga. Kita kan dari awal udah janjian disini!

Chika     : Eh, eh. Liat! Itu kan Sarah sama Yuna! (sambil menunjuk ke arah seorang dua perempuan yang sedang berjalan. Ternyata memang benar, mereka berdua adalah Sarah dan Yuna)

Desi      : Loh, kok mereka kesini?

Tina      : Bukannya Sarah mau main ke rumah Yuna ya?

(Dari kejauhan, tampak Sarah dan Yuna yang masuk ke dalam taman juga)

Sarah     : Yuna, kok kamu malah ajak aku ke taman? Bukannya kita mau ke rumah kamu ya..

Yuna      : Emm.. aku.. mendingan.. uhukkk, uhukkk!

Sarah    : Loh, kamu kenapa Yun?

(Yuna batuk berdarah)

Sarah    : Batuk kamu berdarah Yun!

Yuna      : Aduh… (sambil mengeluarkan tisu dari tasnya dan lalu membersihkan mulut dan tangannya)

Sarah    : Kamu kenapa Yuna? Kamu sakit?

Yuna      : Uhukk.. ga apa-apa kok, Sarah. Maaf ya, tapi kayaknya kita main di lain waktu aja. Maaf banget.. kayaknya aku butuh istirahat hari ini.

Sarah    : Kamu sakit apa sih, Yun? Kok sampai berdarah kayak gitu?

Yuna      : Udah, ga apa-apa. Kamu mending pulang ke rumah kamu aja, atau kalau ngga kamu susul temen-temen kamu..

Sarah    : Mereka sekarang ada di taman ini , Yun. Soalnya kita janjian disini.

Yuna      : Oh ya? Bagus deh kalau gitu. Kamu cari temen-temen kamu aja gih, aku mau pulang dulu.

Sarah    : Hmm.. ya udah deh. Kamu mau aku anter?

Yuna     : Ngga ngga.. aku bisa pulang sendiri. Makasih ya..

(Yuna keluar dari taman itu dan pergi meninggalkan Sarah dengan cukup tergesa-gesa)

Tina      : Saaaaraaah! (berteriak sambil melambai-lambaikan tangannya)

(Sarah menoleh ke arah mereka bertiga dan menghampirinya)

Sarah     : Maaf ya guys, gara-gara aku rencana kita main ke taman jadi kacau.

Tina      : Kok kamu ga jadi ke rumah Yuna, Sar?

Sarah     : Yuna yang minta aku buat pulang, kayaknya dia lagi sakit.

Chika     : Ah, bego sih kamu. Itu mah namanya nipu. Bikin orang cape aja!

Sarah     : Chik! Dia tuh anak baik-baik, ga mungkin dia kayak gitu.

Desi      : Tau dari mana kamu dia anak baik-baik? Kamu tuh baru kenal dia beberapa jam yang lalu, jadi jangan sok tau, Sar!

Tina       : Sssssst, kalian ini kenapa jadi ribut sih.

Sarah      : Aku yakin kalau Yuna itu sakit! Dia tadi batuk-batuk sampai berdarah!

Chika      : Paling cuma akting! Buktinya dia ga nunjukkin rumah dia ke kamu kan? Kok malah diajak ke taman. Ga aneh apa?

Sarah      : Jaga omongan kamu, Chik.

Desi       : Udahlah! Mending pulang aja! Aku udah ga mood main ke taman sama kalian..

(Dengan rasa kesal, Desi dan Chika pulang dan meninggalkan taman. Tapi Tina dan Sarah tidak)

Tina       : Emang Yuna kenapa sih, Sar?

Sarah    : Beneran, Tin. Yuna tadi batuk sampai berdarah.. kayaknya dia lagi sakit parah.

Tina       : Hus, jangan ngomong kayak gitu, Sar. Ya udahlah, kita pulang aja.

Sarah    : Ya..


*Part 3*

Keesokan harinya, sekolah tampak seperti biasanya. Tapi ada yang berbeda dari 4 sekawan ini. Saat Sarah masuk ke dalam kelas, seketika Chika dan Desi yang sudah berada di dalam kelas lebih awal langsung berjalan keluar kelas tanpa bertanya sedikit pun.

(Sarah menoleh ke arah mereka berdua)

Sarah    : Hei, kalian mau ke…

(Desi dan Chika tidak menghiraukan pertanyaan Sarah dan langsung pergi keluar)

(Tina yang saat itu sedang duduk hanya menggeleng-gelengkan kepalanya)

Tina       : Biasalah, Sar. Kamu tau kan adat mereka kayak gimana.

(Sarah tampak murung dan meletakkan tasnya ke bangkunya)

Sarah    : Semua karena salah aku..

Tina       : Udah.. udah, jangan nyalahin diri sendiri kayak gitu. Mungkin mereka berdua yang belum bisa  ngertiin kamu. Oh iya, kamu tau ga, tadi aku liat ada nenek Yuna dateng ke sekolah.

Sarah    : Kapan?

Tina       : Belum lama. Kayaknya udah pulang tuh. Kasian banget ya, keliatannya nenek Yuna udah tua banget. Tapi masih kuat buat ke sekolah.

Sarah    : Emangnya kenapa dia ke sekolah?

Tina       : Kayaknya sih nganterin surat sakit. Yuna mungkin ga bakal masuk..

Sarah    : Apa ada hubungannya sama batuk berdarah kemarin ya?

Tina       : Bisa jadi.

Sarah    : Guru piket hari ini siapa?

Tina       : Bu Rita.

(Sarah termenung sejenak, tapi tiba-tiba bel masuk berbunyi)

(Desi dan Chika kembali ke kelas dan duduk di bangku mereka masing-masing)

(Desi melihat ke arah Sarah tapi langsung memalingkan wajahnya)

Sarah    : Kok kamu kayak gitu sih, Des?

Desi       : Mau tau aja, atau mau tau banget? Kalau mau tau aja, tanya aja sama anak baru itu!

Chika     : Hahaha…

Tina       : Hei, hei. Kalian jangan gitu dong.

Chika     : Kamu ini, Tin. Kenapa sih selalu ngebelain dia? Atau jangan-jangan kalian berdua sekongkol ya?

(Tina kembali geleng-geleng kepala)

Sarah    : Plis, Chik. Kamu jangan nambah masalah lagi! (sambil beranjak dari kursinya)

Desi       : Ga ngaca ya? Yang bisanya cuma nambah masalah itu justru kamu sendiri!

Tina       : Udaaaah, stoooop! Kalian berantem kayak begini tuh ga bakal nyelesein masalah (ikut beranjak dari kursinya juga)

(Tiba-tiba Bu Rita masuk ke dalam kelas)

Bu Rita : Hei, jangan ribut!

(Seketika suasana kelas menjadi hening)

Bu Rita : Ibu mau menyampaikan kalau Yuna Syahrina, hari ini tidak bisa masuk karena sakit.

Sarah    : Bu! Saya boleh tau rumah Yuna dimana?

Bu Rita : Untuk apa Sarah?

Sarah    : Saya.. mau menjenguk dia, Bu.

(Desi dan Chika terlihat geram ketika Sarah berbicara seperti itu)

Bu Rita : Hmm.. boleh saja. Nanti pulang sekolah, kamu ke ruang piket. Nanti Ibu kasih alamatnya.

Sarah    : Ya, Bu. Makasih banyak.

*Part 4*

Saat bel pulang berbunyi, Sarah terlihat tergesa-gesa menuju ke ruang piket untuk bertemu dengan Bu Rita.

(Tiba-tiba Desi menahan tangan Sarah, Sarah menoleh ke arahnya)

Desi       : Kamu kenapa sih pake mau jenguk dia segala? Kenapa sih kamu baik banget sama dia?

(Sarah hanya diam sambil berusaha melepaskan genggaman Desi)

Desi       : Jawab Sarah!

Sarah    : Kamu mau tau kenapa?

Desi       : Kenapa emangnya?

Sarah    : Karena aku dan dia sama-sama yatim piatu! Dari awal aku udah simpati sama dia! Dia beda sama kalian, kalian punya orang tua lengkap dan kadang kalian sombong dengan hal itu! Tapi kalian ga bisa ngerasain gimana rasanya kehilangan ayah dan ibu! Itu yang aku ga suka dari kalian!

(Desi terdiam, genggamannya melemas. Sarah pun melepaskannya dan langsung pergi ke ruang piket)

Desi       : Tapi kenapa kamu harus jadi kayak gini sih, Sar!!!

(Sarah tidak menghiraukan teriakan Desi)

*Part 5*

Setelah Sarah menemui Bu Rita di ruang piket, Sarah pun diberitahu alamat rumah Yuna dan kebetulan, Bu Rita ikut bersama Sarah untuk menjenguk Yuna dikarenakan ada suatu keperluan. Mereka berdua berjalan menuju ke rumah Yuna.

Sarah    : Bu, kalau boleh saya tau, emangnya Ibu ada kepentingan apa sama Yuna?

Bu Rita : Kamu udah tau kan, keadaan keluarga Yuna?

Sarah    : Iya, Yuna pernah cerita sama saya.

Bu Rita : Sebenarnya Yuna belum melunasi biaya administrasi pas masuk ke sekolah kita. Dia masih menunggak karena ga punya cukup uang. Dan dia pun juga sangat bergantung sama neneknya. Neneknya cuma bekerja jadi seorang petani dan hasilnya pun ga seberapa. Ibu juga mendengar, katanya uang hasil dari kerja neneknya selalu dibelikan buat obat…

Sarah    : Obat?

Bu Rita : Loh, emangnya kamu belum tau?

(Sarah menggelengkan kepelanya)

Bu Rita : Yuna kan menderita penyakit…

Sarah    : Penyakit apa, bu?

Bu Rita : Tuberkulosis pada paru-paru.

Sarah    : Apa? Tuberkulosis?

Bu Rita : Ya. Harusnya Yuna dirawat di rumah sakit, tapi mereka ga punya uang yang cukup buat itu. Dan  neneknya tetap memaksa membeli obat-obatan tradisional buat penyakit Yuna. Meskipun tradisional, tapi tetap mahal harganya.

Sarah    : Saya baru tau, Bu. Kasian banget Yuna.

Bu Rita : Nah, itu dia rumah Yuna (sambil menunjuk ke arah sebuah rumah)

Rumah itu terlihat kecil dan sangat sederhana. Dan itulah rumah Yuna yang sebenarnya.

(Terlihat Nenek Yuna sedang menyapu halaman depan rumah)

Bu Rita : Permisi, nek..

Nenek Yuna : Ahh.. Bu Rita. Ayo ayo, silahkan masuk.

Bu Rita : Makasih, bu. Ini saya bawa murid saya, namanya Sarah. Dia juga teman sekelas Yuna.

Nenek Yuna : Oh, gitu. Ayo masuk aja dek.

(Mereka bertiga masuk ke dalam rumah dan duduk)

(Sarah memperhatikan isi dari rumah Yuna)

Nenek Yuna : Nenek ambilkan minum dulu ya..
Bu Rita : Aduh, ga usah repot-repot, Nek. Kita cuma mau menjenguk Yuna.

Nenek  : Ga apa-apa, Bu. Tunggu sebentar ya..

(Nenek pergi ke dapur)

(Tiba-tiba Yuna berteriak dari kamar yang dekat dengan ruang tamu)

Yuna      : Neeek! Ada siapa?

(Sarah yang mendengarnya langsung mencari sumber suara itu. Dia membuka sebuh pintu kamar yang berada dekat dengan ruang tamu, dan ternyata Yuna sedang terbaring lemah dengan wajah yang pucat)

Yuna      : Loh, Sarah?

Sarah    : Yuna… kamu beneran sakit?

Yuna      : Kamu tau dari mana?

Sarah    : Bu Rita cerita semuanya tentang kamu.. Maaf ya.

(Yuna hanya terdiam, sambil berusaha beranjak dari tempat tidurnya)

Yuna      : Maaf aku ga ceritain soal ini… kamu kan baru kenal sama aku. Takutnya kamu jadi ga suka sama aku karena aku kayak gini..

Sarah    : Kamu ga boleh mikir kayak gitu. Kita kan temen.

(Yuna tersenyum)

Yuna      : Uhukk.. uhukkk..

Sarah    : Yuna kayaknya kamu udah sakit parah..

Yuna      : Ah, ngga apa-apa kok. Aku udah minum obat… besok aku bakal masuk kok, Sar.

Sarah    : Kamu harusnya dirawat di…

Yuna      : Sssst, jangan bahas penyakit aku lagi ya. Yuk, kita ke ruang tengah.

(Sarah hanya terdiam. Mereka berdua pun pergi ke ruang tengah dan duduk bersama Bu Rita)

Bu Rita : Yuna… gimana keadaan kamu? Udah enakan?

Yuna      : Iya bu. Besok saya masuk sekolah kok, bu.

Bu Rita : Jangan maksain diri ya, Yuna.

Yuna      : Ga kok, bu. Saya kan baru masuk sekolah.. masa mau absen terus.

Nenek Yuna : Ayo bu, dek. Diminum airnya (sambil meletakkan gelas berisi air putih ke atas meja)

Bu Rita : Makasih nek. Maaf jadi ngerepotin.

Nenek Yuna : Ga kok, bu. Maaf ya, cuma ada air putih aja..

(Sarah terlihat murung)

Sarah    : Bu… kayaknya saya mau pulang duluan. Tiba-tiba saya jadi ga enak badan..

Bu Rita : Loh, kenapa Sar?

Sarah    : Ga tau, bu. Mungkin penyakit saya kambuh lagi.. saya emang paling gampang sakit, bu. Maaf banget ya..

Bu Rita : Hmm, gimana ya. Tapi kamu beneran ga apa-apa kan? Mau dianter?

Sarah    : Ga, bu. Saya bisa pulang sendiri. Maaf banget ya bu, Yuna dan Nenek.

Yuna      : Kamu ga apa-apa kan, Sar?

Sarah    : Ga apa-apa kok. Makasih banyak ya..

(Sarah pun meninggalkan rumah Yuna dan pulang menuju rumahnya)

*Part 6*

Keesokan harinya, seperti yang dikatakan Yuna, Yuna pun masuk ke sekolah. Dia menggunakan masker hari ini. Tapi tiba-tiba ada sesuatu yang terjadi…

(Ketika Yuna masuk ke dalam kelas, tiba-tiba Desi, Chika dan Tina menghampirinya)

Desi       : Kamu mau bikin sahabat kami ikut-ikutan sakit ya? (sambil mendorong Yuna hingga ia terjatuh)

Yuna      : A…apa maksud kamu?

Desi       : Gara-gara kamu sekarang Sarah jadi ikut-ikutan sakit, tau ga?

Yuna      : Apa? Sarah sakit?

(Desi mengangkat Yuna)

Desi       : Jangan pura-pura bego ya! Kamu mau bikin dia sengsara kayak kamu kan? Tadi bibinya nelpon aku, dia bilang Sarah lagi demam tinggi sekarang!

Yuna      : Desi… tolong jangan kayak gini. Kamu salah pa…

(Plakk… Desi menampar Yuna yang sedang berdiri, hingga dia terjatuh lagi)

Tina       : Desi???!!! (berusaha menahan Desi yang terlihat sangat emosi)

Chika     : Kamu tau, Yuna? Gara-gara kehadiran kamu kita semua jadi kayak gini! 4 sekawan kita jadi hancur gara-gara kamu! Dasar pembawa sial!

Yuna      : Tapi… aku…. (sambil memegang pipinya yang kemerahan)

Desi       : Tapi apa hah?

Yuna      : Tapi aku… cuma pengen bergabung sama kalian.. aku ga pernah berniat buruk seperti apa yang kalian bilang. Dan aku ga pernah berharap kalau Sarah ikut-ikutan sakit kayak aku.. dia terlalu baik sama aku.

Desi       : Kalau tau penyakit kamu itu bisa nular, kenapa kamu biarin Sarah deket sama kamu hah? Kamu ga tau apa, kalau Sarah itu gampang banget sakit!

Yuna      : Aku ga pernah tau soal itu. Aku dari awal udah berusaha biar dia ga deket sama aku.. tapi di sisi lain aku butuh seorang teman kayak dia! Aku cuma orang kesepian yang butuh teman karena aku cuma punya nenek aku seorang!

Chika     : Terus apa maksud kamu pas kemarin? Nyuruh dia berhenti di tengah jalan dan pulang gitu aja? Padahal dia udah jalan jauh dan pengen ke rumah kamu!

Yuna      : Jujur, aku nyesel soal itu. Tapi aku terpaksa ngelakuinnya. Aku ga mau dia tau rumah aku.. aku ga mau dia masuk ke lingkungan aku yang penuh sama virus.. aku ga mau dia benci sama aku karena hal itu.. dan aku juga ga mau dia tau kalau aku sakit…

Chika     : Kamu sebenernya sakit apa sih?

(Tiba-tiba Sarah muncul dari pintu kelas mereka)

Sarah    : Tuberkulosis Paru.

(Serentak Chika, Desi, Tina dan Yuna menoleh ke arah Sarah dan terkejut)

Desi, Chika, Tina : Sarah!!!

Desi       : Kamu kan lagi sakit Sarah, kenapa masuk sih?

Chika     : Iya, kenapa nekat?

(Sarah tersenyum)

Sarah    : Aku ga mau kita terus-terusan kayak gini. Aku ga mau kalian jadi salah paham soal Yuna.

Tina       : Sarah…

(Sarah membantu Yuna yang masih dalam keadaan terjatuh untuk berdiri)

Sarah    : Yuna ga seburuk yang kalian bilang..

(Semua terdiam)

Sarah    : Dari awal, pas dia baru pertama kali masuk, dia udah banyak cerita soal dirinya. Yuna cuma seorang gadis pengidap Tuberkulosis Paru yang ga pernah punya teman karena penyakitnya itu. Semua orang takut ketularan sama dia. Dia anak kedua dari 2 bersaudara. Tapi sekarang kakak perempuannya pergi ga tau kemana.. Kedua orang tuanya udah meninggal dan sekarang dia pindah kesini dan tinggal sama neneknya. Neneknya cuma seorang petani yang selalu bekerja keras buat beli obat-obatan Yuna. Sampai administrasi sekolah pun dia belum lunasi walaupun udah bisa masuk ke kelas..

Yuna      : A…aku.. sekarang ini.. cuma pengen punya teman seperti kalian.. cuma itu… ga lebih.. Aku mungkin.. terlalu kesepian. Tapi kalau emang.. aku cuma membawa sial, aku minta maaf.

Sarah    : Kamu masih punya kita, Yuna, dan masih ada satu orang lagi yang nungguin kamu..

Yuna      : Maksud kamu, Sar?

(Tiba-tiba seseorang datang dari luar dan masuk ke dalam kelas)

Yuna      : Ka….

Dinda    : Ya sayang, ini aku, kakak kamu.

Yuna      : Kakak! (lari dan memeluk Dinda)

Dinda    : Maafin kakak, Yuna. Selama ini kakak udah ninggalin kamu. Sebenarnya kakak pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan designer kakak… dan itu semua pake tabungan kakak. Sekarang kakak udah punya butik sendiri lho.

Yuna      : Terus… gimana caranya kakak bisa tau Yuna ada disini?

Dinda    : Awalnya kakak dikasih tau sama paman kamu kalau kamu tinggal di kota ini sama nenek.. tapi paman kamu ga tau alamat rumah kamu. Sampai akhirnya kakak ketemu sama Sarah.. dan dia yang ngasih tau kakak kalau kamu sekolah disini.

Sarah    : Kita ketemu pas aku pulang dari rumah kamu, Yun.

Dinda    : Kakak udah denger semuanya dari Sarah.. soal penyakit kamu.. sekolah dan nenek kamu. Soal penyakit, kakak akan segera bawa kamu ke rumah sakit. Jadi kamu ga perlu khawatir lagi..

Yuna      : Makasih banyak kak.. makasih juga buat Sarah. Aku pikir.. waktu kemarin kamu pulang, itu karena kamu jadi ga suka sama aku. Tapi ternyata aku salah… Maaf ya.

(Sarah tersenyum dan mengangguk)

Dinda    : Kakak juga mendengar pertengkaran yang ada di kelas ini. Untuk semuanya, saya minta maaf kalau emang kehadiran adik saya disini mengganggu persahabatan kalian berempat. Tapi kalau boleh saya membela, saya mau bilang bahwa, setiap orang itu punya hak untuk berteman dengan siapa aja. Meski dengan penyakit seburuk apapun itu, mereka pasti ingin sekali memiliki seorang teman. Jadi jangan kalian pikir bahwa meski kalian berempat memang sudah menjadi satu kesatuan, itu bukan berarti kalian harus menutup rapat-rapat kesempatan orang lain untuk bergabung bersama kalian kan? Karena teman itu ga harus membeda-bedakan, tapi justru mempersatukan ikatan dalam setiap perbedaan. Itu yang mesti kalian pahami, mulai dari sekarang…

Tina       : Dan kita juga ga mesti terpaut pada teman yang sudah dalam satu kesatuan, justru kita harus memberikan kesempatan sama orang lain agar dia dapat menjadi salah satu dari bagian kita. Mungkin berlima itu lebih baik!

(Sarah, Chika dan Desi tersenyum)

Desi       : Maafin aku ya, aku tadi udah bertindak kasar sama Yuna. Aku cuma lagi emosi aja kok.
Yuna      : Ga apa-apa, Des. Aku ngerti perasaan kamu sebagai sahabatnya Sarah.

Chika     : Aku juga minta maaf, kalau selama ini omonganku ga ngenakin kamu.

(Yuna ikut tersenyum)

Tina       : Yuna, mulai sekarang kamu bisa jadi bagian dari kita. Walaupun kita baru kenal beberapa hari, tapi aku yakin kamu pasti bisa jadi temen yang baik buat kita semua!

Sarah    : Mulai sekarang, jangan anggap kamu cuma sendiri lagi ya, Yun. Kamu punya kita!

Desi       : Ya, kamu punya kita!

(Mereka berlima berpelukan)

Akhirnya Yuna pun dapat bergabung dalam ikatan 4 sekawan itu. Karena kehadiran kakaknya, Yuna dapat dirawat di rumah sakit dan menjalani pengobatan yang seharusnya. Perjalanan 5 sekawan ini pun, berawal dari sekarang… Yeah, that’s “All About Us”



*THE END*

6 komentar:

  1. MasyaAllah bagus dan kreatif sekali...
    saya mohon izinnya ya menggunakan teks drama ini untuk ujian praktek seni budaya
    jazakallahu khoiron katsiron(semoga Allah membalasmu dengan kebaikan yang lebih banyak) AMIN

    ~ Sarah, Siswi kelas 12 MA

    BalasHapus
  2. Ya Allah, semoga Kakak sukses jadi penulis tingkatan internasional Amin ya Aroballalmin.

    BalasHapus
  3. Izin dipake buat teater sbk ya ka.

    BalasHapus
  4. Izin dipake buat drama di kemah yaaa

    BalasHapus
  5. Izin dipake ya kak, buat dikumpulkan di pljaran sbk

    BalasHapus
  6. Izin pakai untuk tugas drama b.indo yahh kak terimakasih kak🙏🏾

    BalasHapus